Penyakit Sosial dalam Sorotan Syariat



Drs. H. Abdurrahman Nafis, Lc



Dalam kehidupan sosial masyarakat akan mendapat ketenteraman, ketenangan dan kebahagiaan. Kesejahteraan kemakmuran, dan rizki akan melimpah dari mana-mana, jika masyarakat itu beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Karena dengan iman dan taqwa itulah yang akan mendatangkan barakah yang akan turun dari langit, dan barakah yang tumbuh dari bumi. Dan dengan keberkahan Allah itulah, maka kebahagiaan, ketentraman kesejahteraan akan didapatkan. Tetapi sebaliknya, kalau masyarakat di suatu negeri itu durhaka dan ingkar kepada Allah, bahkan mendustakan Allah, maka siap-siap untuk mendapatkan adzab dari Allah SWT. (Al-A’rof : 96)

Untuk itu, korelasi antara iman dan taqwa sangat erat untuk mendapatkan kesejahteraan hidup, kebahagiaan hidup, kemakmuran dan ketentraman. Karena pada hakekatnya hidup itu akan bahagia, kalau terpenuhi dua hal yakni aman dan nyaman. Aman dari gangguan keamaanan, dari hal-hal yang ditakutkan, hal-hal yang tidak diharapkan. Juga nyaman, karena dipenuhinya kebutuhan financial. Allah SWT sudah memberi contoh-contoh kepada kita, kejadian umat-umat terdahulu yang mereka beriman kepada Allah, bertaqwa kepada Allah, kemudian oleh Allah diberi kehidupan yang tenang dan tenteram. Tetapi kemudian mereka lalai dan durhaka kepada Allah, akhirnya Allah memberikan adzab yang pedih kepada mereka. Allah juga menggambarkan dalam surah an Nahl : 112.

Al-Qur’an surah Al Isra’ : 32 Allah menegaskan yang maknanya :. dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk. Faahisyah artinya menyebabkan penyakit, kejelekan. Maka munculnya penyakit-penyakit seperti spilis, HIV –AIDS, itu mayoritas akibat dari perzinaan. Di samping itu zina adalah suatu jalan yang buruk. Tetapi, fenomena sekarang perzinaan di mana-mana dengan dalih mencari income. Malah dengan alasan menertibkan mereka, dilegalkan dengan melokalisasinya. padahal yang demikian ini merupakan cara yang tidak baik, jalan yang paling jelek yang ditempuh. Rasulullah SAW bersabda : “Wahai kaum muslimin, hindarilah perzinaan, karena didalam perzinaan itu ada enam macam bahaya, tiga bahaya di dunia dan tiga di akhirat. Akibat perzninaan di dunia pertama, akan menjadikan seorang kehilangan wibawa, kehilangan pamor, dan dia akan mendapatkan rasa malu di hadapan masyarakat. kedua, akan mendapatkan kefakiran, bukan mengentaskan kemiskinan, tetapi akan menyebabkan kemiskinan itu sendiri. ketiga, akan memendekkan umur, karena rentan terkena berbagai penyakit menular. Sedang adzab di akhirat, akan menyulut murka Allah, menjadikan jeleknya timbangan, dan menjadikan kekal di neraka.

Penyakit masyarakat yang mendesak untuk dihempaskan adalah perzinaan. Yang ada sekarang terutama lokalisasi terbesar se Asia tenggara di Surabaya malah dilegalkan dan belum lama ini ada wacana dari Walikota untuk menutup. Saya sebagai dewan majlis fatwa MUI Provinsi Jawa Timur sangat mendukung agar segera ditutup. Kenapa demikian? Karena itu merupakan penyakit masyarakat. Tidak benar kalau yang mereka lakukan akan menambah ekonomi menjadi baik. Dan saya yakin sebagai Walikota perempuan pertama di Surabaya ini dengan hati nuraninya akan segera menutup Lokalisasi Dolly dan antek-anteknya yang mendukung lokalisasit itu karena mendapat jatah bagian. Yang antek-anteknya itu juga ikut memperjuangkan untuk tidak ditutup atau mengulur-ulur waktu dengan dalih harus mempersiapkan jika terjadi masalah-masalah sosial, msalah ekonominya. Juga berdalih kalau tidak dilegalkan seperti itu akan terjadi di pinggir-pinggir jalan dlsb. Padahal secara empiris telah terbukti beberapa tahun ini setiap bulan Ramadhan lokalisasi dan tempat-tempat maksiyat ditutup, dan Alhamdulillah tidak terjadi di jalan-jalan. dan perbuatan maksiyat dapat diminimalisir, karena memang konsisten untuk itu. Menurut berita penghuni WTS di Dolly itu 1050 orang dan 95 % dari luar kota Surabaya. Nah, kalau pemkot ini harus melayani dan menanggung beban moral dan spiritual orang yang bukan warganya, alangkah ruginya. Kalau program ini berhasil, maka merupakan prestasi yang sangat besar, beliau akan menjadi walikota pertama yang berani bertindak tegas untuk memberantas kemungkaran, dan sekaligus walikota pertama yang gagah berani mengentas dan mengangkat derajat wanita. Kami akan menjuluki pahlawan wanita dari Kota Pahlawan.

Saya pernah mendapat cerita peristiwa dilegalkan Dolly sebagai lokalisasi WTS. KH Zakky Ghufron yang saat itu menjadi ketua DPRD Kota Surabaya. Beliau sangat sedih melihat Lokalisasi Dolly yang sekarang semakin besar bahkan terbesar se Asia Tenggara, karena saat itu waktu pengesahan beliau sebagai ketua DPRD. Beliau dipaksa dan diakali oleh walikota saat itu untuk menyetujui UU pengesahan Lokalisasi Dolly. Ceritanya pada saat itu beliau dan fraksinya ngotot tidak setuju. Lalu walikota dan fraksi yang setuju mencari berbagai jalan untuk menjadikan beliau dan fraksinya menyetujui. Berbagai jalan ditempuh mulai menyogok mengintimidasi dll. Hingga pada suatu ketika Fraksi yang menentang itu diberangkatkan umrah oleh seorang konglomerat, mereka tidak menyadari kalau itu juga rekayasa walikota dan kawan-kawannya. Nah, di saat seluruh yang menentang itu di Makkah, maka saat itulah di Surabaya diputuskan untuk disahkan Dolly sebagai tempat lokalisasi yang legal. Beliau sangat bersedih, dia bertanya apakah saya ikut berdosa, karena saya tidak mampu nahi munkar terhadap kejadian saat itu. Beliau menangis dan menangis karena merasa diakali untuk mengesahkan itu. Nah, waktu melegalkan melalui cara-cara itu, maka mungkin walikota sekarang akan menjadi pahlawan wanita yang mengakat derajat wanita dengan menutup Dolly dan antek-anteknya yang mendukung.

Kemaksiyatan mengakibatkan bencana.Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita, atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita, karena kita bangga dengan dosa-dosa. Sekarang bencana di mana-mana di Wasior, Papua, Gunung Merapi, Tsunami di Mentawai Sumatera Barat dll. Secara ilmiyah itu kejadian alam, tetapi alam tidak mungkin ngamuk tanpa perintah Allah yang menciptakan alam ini. Kita sekarang di Surabaya sekarang ini masih tenang, tetapi tidak mungkin kita mendapat adzab dari Allah SWT yang tidak disangka-sangka. Dan kalau sudah adzab itu datang tidak memandang lagi apakah dia itu orang sholeh apa orang tholeh, orang jahat apa orang baik, semua terkena. Mudah-mudahan kita diselamatkan dari segala macam adzab dunia maupun akhirat.

Islam Kenikmatan Yang Agung dan Sempurna



DR H Ali Mudhofir, M.Ag

Di kala orang sedang dalam kondisi nyaman, di zona aman, tidak ada tantangan, mungkin saja orang bisa lengah. Dan ketika lengah itu bisa saja menganggap bahwa agama ini kurang memberi makna pada dirinya. Mudah-mudahan hal ini tidak terjadi pada kita semua. Apalagi saudara-saudara kita yang sekarang sedang dilanda musibah, atau menghadapi sebuah bencana atau malapetaka. Di saat seperti inilah kemudian kita sadar, sebenarnya kita ini milik Allah SWT. Tidak ada yang mampu menghalangi, jika Allah berkehendak.

Kalau kita gali, ajaran Islam ini ada pilar besar. Yang ini menjadi kenikmatan yang agung bagi kita umat manusia. Inti ajaran itu pertama, Aqidah. Yakni ajaran yang mengajarkan kepercayaan-kepercayaan. Hal-hal yang harus dipercayai sebagai umat Islam. Yang kita kenal dengan enam rukun iman. Kedua, Syariah, yakni ajaran yang memuat ritual-ritual. Dalam bahasa dikenal dengan ibadah, baik secara fisik maupun secara hati. Yang terkenal dengan lima rukun Islam. Ketiga, ajaran Akhlak. Ajaran moralitas, yang dalam bahasa sederhana disebut dengan tingkah laku. Kalau ketiga ajaran ini menjadi pegangan hidup kita. Kita percayai, kita hayati, kita renungkan, dan kita amalkan dalam kehidupan kita sehari-hari, sungguh itu merupakan kenikmatan yang agung bagi kita. Saya tidak bisa membayangkan jika saudara-saudara kita yang telah terkena musibah sekarang ini, jika tidak punya akidah yang kokoh, tidak ada keyakinan yang kuat, bahwa dia milik Allah dan akan kembali kepadanya kapanpun dan di manapun, saya yakin mereka akan gundah dan gelisah, dan stress yang berkepanjangan. Tidak hanya musibah yang berskala besar seperti itu, tetapi misalnya persoalan pribadi, rumah tangga, persoalan pekerjaan, kalau tidak punya iman yang kokoh, saya yakin stress, tekanan jiwa akan menghantui, bahkan menghampiri. Jadi betapa nikmatnya orang yang mempunyai aqidah, yang bisa menyelamatkan dari goncangan seperti itu.

Bahkan dengan iman yang kokoh dapat menjaga kita dari belenggu kemaksiyatan. Baru-baru ini di Surabaya ada wacana untuk menutup sumber kemaksiyatan lokalisasi Dolly. Kalau kita gali memang akar persoalannya banyak, Orang-orang yang ada di lokalisasi atau yang datang itu memang banyak persoalannya. Yang sering muncul di permukaan, persoalan ekonomi, kalau ditutup bagaimana dia harus makan, bagaimana dia harus menghidupi keluarga dll. Padahal di situ adalah akumulasi dari berbagai persoalan, karena tidak bisa menjamin orang yang ekonominya kuat, sumbeer hidupnya kokoh, lalu tidak terjerumus dalam tindakan seperti itu. Tetapi iman yang kokohlah yang punya andil terbesar untuk melindungi dar i kemaksiyatan itu. Betapa banyak orang yang pendidikannya rendah bisa menghidupi keluarga dengan rizki yang halal, hidupnya bahagia, nyaman, tidak merasa diusik oleh orang lain, bahkan bisa menjaga harga diri, martabaat sebagai manusia dan aqidah Islamiyahnya. Mudah-mudahan niat baik pemerintah untuk menutup lokalisasi itu. Tetapi anehnya, sudah punya niat baik seperti itu, masih saja ada orang yang merasa dirugikan, bahkan sampai melakukan demo. Persoalannya sebenarnya bahwa itu adalah kepentingan-kepentingan sesaat, kepentingan segelintir orang lalu mengalahkan kepentingan orang banyak yang jauh lebih banyak daripada orang-orang yang membela itu. Kalau kita melihat dengan mata hati, bukan dengan egoisme, bukan dengan nafsu. Betapa banyak orang dirugikan dengan adanya lokalisasi itu sehingga jauh lebih banyak yang dirugikan daripada yang diuntungkan. Kalau ditutup akan jauh lebih banyak yang diuntungkan daripada yang dirugikan. Betapa banyak menyebarnya penyakit akibat dari perbuatan itu. Memang ada yang menghidupi anaknya di tempat itu, tetapi hanya segelintir saja, tetapi betapa banyak keluarga yang berantakan, anak-anak sekolah yang telantar gara-gara bapaknya yang menjadi sumber penghidupan terjerumus dalam kubangan maksiyat itu.

Kemudian ajaran syariat. Betapa nikmatnya menerapkan syariat. Betapa nikmatnya orang-orang yang bisa menjauhi larangan-larangan Allah untuk menjauhinya, seperti narkoba, minuman khomr dll. Kalau kita kembangkan, ajaran aqidah dan syariah ini hidup menjadi sehat. Jadi hidup sehat ala syariat dan aqidah yang kuat perlu kita kembangkan dan kita jaga dalam kehidupan sehari-hari dalam berkeluarga maupun bermasyarakat. (Ibrahim : 24-27).

Ketika ayat ini dijelaskan Rasulullah kepada sahabatnya, ada sahabat yang bertanya : Ya Rasulullah pohon apa yang baik itu? Pohon yang baik itu adalah an nakhlah (pohon kurma), dan pohon yang jelek itu adalah al kasuud (pohon keladi)”. Jawab Rasul. Pohon kurma itu adalah gambaran aqidah yang kokoh syariat yang bagus dan akhlak yang baik. Kalau kita lihat pohon kurma itu akarnya menghujam ke dalam tanah, ini ibarat aqidah yang kuat. Batang dahan, dan daunya menjulang ke angkasa, ini ibarat syariat. Dan buahnya yang baik laksana akhlak yang baik pula. Sementara lawannya adalah pohon keladi atau benalu. Yang akarnya tidak kokoh, karena hanya menempel pada pohon lain, tidak punya dahan yang kuat, dan tidak berbuah untuk memberi manfaat kepada lingkungannya terutama manusia. Ini gambaran aqidah yang rapuh, syariat yang jelek dan akhlak yang bejat.

Untuk itu marilah selalu menyukuri nikmat Allah dalam keadaan apapun, baik duka maupun suka. Dalam keadaan keadaan yang lapang, nyaman tetap harus bersyukur kepada Allah, tetap patuh tetap sabar dalam kenikmatan tersebut. Siapa tahu di balik itu Allah juga akan menambah kenyamanan yang lain. Namun di kala kita dalam keadaan duka, terkena musibah, dalam keadaan yang tidak menyenangkan kita juga harus tetap memiliki aqidah yang kuat, siapa tahu di balik itu Allah akan memberikan kebaikan yang melimpah kepada kita. Barangkali di balik kesenangan, ada kegelisahan, barangkali di balik kedukaan dan ujian-ujian itu ada kenikmatan dan kebaikan setelahnya. Maka marilah kita bersabar dalam keadaan suka dan duka dalam menghadapi kehidupan di dunia ini.

Bahagia Saat Orang Lain Bahagia



Ir H Abdullah Shahab, MSc

Dalam kehidupan kita ada kalanya kita merasa sedih ketika orang lain sedih, tetapi ada yang lebih istimewa dari itu adalah apakah kita bahagia ketika orang lain bahagia. Itu tantangan yang sangat berat. Apakah ada orang yang bahagia dengan kesedihan orang lain. Tampaknya ini sesuatu yang luar biasa. Tetapi secara diam-diam mungkin kita pernah mengalami dan menikmati hal seperti itu, walaupun dalam bentuk terselubung. Kita saksikan dalam permainan sport, misalnya permainan tinju. Seseorang akan bahagia, akan berterima kasih kepada Allah jika berhasil melumpuhkan dan menjatuhkan temannya ke kanvas. Demikian juga dalam permainan sepak bola, kebahagiaan satu tim belum bisa diraih sebelum tim lain menderita kekalahan. Maka sering kebahagiaannya itu bertambah jika melihat isak tangis orang lain. Maka itu saya mengatakan lepas dari kompetisi, lepas dari keindahan sport, lepas dari sesuatu yang menyenangkan dan enak ditonton. Permainan sport seperti itu adalah olah raga dengan spiritual rendah, karena kebahagiaan seseorang harus dibayar dengan penderitaan orang lain.

Maka dalam kehidupan kita itu harus berupaya bahwa kebahagiaan kita ketika melihat kebahagiaan orang lain. Itu perlu jiwa yang besar, dan doa yang banyak yang kita panjatkan kepada Allah SWT. Ada kalanya kita tidak suka kalau orang lain memperolah sesuatu, dengan kata lain, kalau saya tidak memperoleh, orang lain tidak boleh memperolah. Mungkin kita masih ingat ketika kita bermain layang-layang ketika kita masih kecil. Kalau kita mengejar layang-layang, maka layang-layang itu harus menjadi milik saya, harus kena saya, kalau tidak kena saya, tidak boleh kena orang lain, maka saya robek, karena saya tidak ridho orang lain memperoleh sesuatu yang tidak kita perolah. Oleh karena itu, merasa senang ketika orang lain senang itu adalah sesuatu yang tidak mudah. Kadang-kadang suasananya akan menjadi lebih sulit, kalau orang yang mendapatkan rahmat, berkah, yang mendapatkan anugerah dari Allah SWT itu adalah yang tadinya di bawah kita. Misalnya ketika saya sekolah di SMA saya berteman dengan seseorang di mana teman saya itu tidak punya prestasi yang gemilang, tidak punya kelebihan apapun, dan kita memandangnyapun tidak terlalu hebat. Kemudian pada suatu hari bertemu dengan teman kita itu dengan kejayaannya, berpangkat lebih tinggi, berpendidikan tinggi dengan anak dan isteri yang berprestasi, dengan mobi dan rumah yang mewah. Apakah hati kita bahagia melihat kejadian seperti itu? itulah tantangan. Biasanya kita mengeluh, dan dengan gaya protes mengeluh kepada Allah SWT “atas dasar apa dia diberi seperti itu, kan mestinya saya yang dikasih” perasaan seperti ini hadir dalam setiap diri manusia, yang itu harus diperangi. Maka, dalam setiap hari kita harus belajar bagaimana kita merasa bahagia saat saudara kita merasakan kebahagiaan.

Pada suatu hari Rasulullah SAW diberi oleh seorang wanita sehelai kain yang dirajut, wanita ini mengatakan aku membuat rajut ini untuk engkau, maka aku ingin engkau memakainya. Kemudian Rasul masuk dan dipakai dengan penuh keindahan. Kemudian ada seorang sahabat yang mengatakan : indah betul kain yang engkau pakai ya Rasulullah, andaikan engkau berikan kepadaku alangkah senangnya hatiku. Kemudian para sahabat yang lain mengatakan : Kenapa kamu mengatakan seperti itu kepada Rasulullah, padahal Rasulullah baru saja mendapat pemberian dari seseorang, dan kamu juga tahu bahwa Rasulullah tidak pernah menolak jika dimintai sesuatu.? Kemudian Rasulullah langsung ke belakang, melepas kain itu dan membungkusnya, kemudian memberikannya kepada sahabat yang minta tadi. Sahabat lain yang tidak begitu senang dengan apa yang dilakukan sahabat ini mengatakan : Anda keterlaluan!. Sahabat yang meminta kain itu menjawab sebenarnya kain ini bukan untuk aku pakai, aku tidak memanfaatkan kain ini untuk diriku, tetapi akan aku pakai sebagai kafanku ketika aku akan bertemu dengan Allah SWT. Maka kain itu digunakan sebagai kafan ketika sahabat itu meninggal. Itulah beberapa contoh yang kami sampaikan, dan hati-hati seperti mereka itu tidak akan kita miliki kecuali orang-orang yang beriman kepada Allah SWT. Orang-orang yang bahagia ketika melihat orang lain bahagia. Dan ini tidak mudah. Kita akan dengan mudah ikut empati dan simpati dengan penderitaan orang lain. Ketika kita mendengar bencana gunung Merapi, kita akan akan pedih dengan mereka, dan akan mudah sekali kepedihan itu, karena kita dalam keadaan yang sangat enak, kita dalam keadaan yang sangat aman dengan tidak ada kekuarangan satu apapun. Kalau sudah dalam kondisi seperti itu kemudian kita tidak merasa empati, saya kira ini sangat berbahaya. Tetapi apakah kita ridho ketika melihat orang lain berhasil. Apakah kita ridho ketika saya berjuang dengan sangat tetapi yang diangkat menjadi pimpinan malah teman saya. Apakah saya ridho ketika, saya yang berupaya sungguh-sungguh, kemudian yang menduduki posisi yang lebih tinggi malah teman saya. Bahkan saya melihat bahwa yang menyebabkan umat Islam kurang berhasil dalam bidang politik, manajemen dan organisai, adalah tidak ridho kalau temannya yang jadi, karena yang diinginkan adalah dia yang jadi. Maka dari itu dalam setiap perjuangan jangan pernah menginginkan bahwa harus saya yang jadi.

Pada suatu hari ketika nabi bersama-sama dengan para sahabat, Nabi duduk dan mengatakan : sayatlu alaikumul aan rajulun min ahlil jannah (akan muncul di antara kalian ini orang calon penghuni surga) dan para sahabat menunggu, ternyata orang yang sama hingga tiga kali. Sehingga ada sahabat yang ingin menyaksikan sendiri amalan apa yang dilakukan orang ini sehingga dia disebut Rasulullah sebagai penghuni surga. Kemudian dia datang ke rumah orang itu hingga menginap beberapa hari untuk menyelidiki dan memperhatikan semua yang dilakukan orang itu bagaimana ibadahnya, bagaimana amalannya, bagaimana kehidupan pribadinya, bagaimana muamalahnya dia dengan orang lain, itu semua diperhatikan, tetapi semua tidak ada yang istimewa. Malam harinya juga tidak ada yang istimewa, jadi semua biasa-biasa saja. Akhirnya di hari yang ketiga sahabat ini mengatakan : aku heran dengan kamu, kenapa Rasul mengatakan kamu ahli surga, apa amalanmu yang istimewa? orang ini mengatakan : aku tidak punya amalan apapun yang istimewa ya seperti yang engkau saksikan ini. Tetapi sahabat ini masih penasaran sehingga terus menyelidik. Kemudian sambil berlalu seseorang itu nyeletuk, saya tidak tahu, mungkin amalan saya yang dianggap baik itu saya merasa bahagia ketika saudara saya bahagia, saya ridho ketika orang lain bahagia. Kemudian sahabat itu mengatakan : sikap ini yang sulit, itu yang menyebabkan kamu dikatakan calon penghuni surga. Karena memang sulit ketika orang lain bahagia kemudian kita ikut bahagia.