Home » » Iman Sebagai Kekuatan Moral

Iman Sebagai Kekuatan Moral




Prof. DR. H. Imam Bawani, MA

Berbicara tentang iman, hampir pasti tidak mungkin lepas keterkaitannya dengan Islam. Tidak ada Islam tanpa berangkat dari iman. Tetapi juga sebaliknya, tidak ada iman yang sesungguhnya, kalau tidak diwujudkan dalam berislam. Ini merupakan titik berangkat kita di dalam menjalankan agama ini. Definisi iman banyak sekali, salah satunya secara ringkas mengandung 3 komponen penting. Iman itu berangkat dari kekokohan aqidah, di dalam hati, perasaan juga dalam pikiran. Kemudian di ekspresikan dengan lisan, setidak-tidaknya dua kalimah syahadah. Juga harus diwujudkan dalam perbuatan.

Keteguhan hati, perasaan dan pikiran bahwa Allah ada, menciptakan dunia seisinya. Dan kita sebagai makhlukNya, dengan segala kebenaranNya, mengutus Rasul dan kitab suci yang dibawanya dan seterusnya, itulah starting point.

Sesuatu yang sangat mahal adalah iman, karena seluruh perbuatan kita dalam menjalankan ibadah tentu berangkat dari iman. Bila kita tidak yakin kelak ada kehidupan selain dunia ini, pasti tidak mau mendorong kita ke tampat ini (masjid). Begitu pula untuk berzakat, untuk berinfaq, untuk berjihad dalam arti luas, pasti tidak akan mau. Jadi semua berangkat dari iman. Tetapi ini strategis juga bagi orang yang ingin supaya Islam luntur, yang diserang berangkat dari iman. Orientalis-orientalis masa lalu, yang selalu direkayasa adalah yang berkaitan dengan keimanan. Namun akhir-akhir ini par orientalisnya berubah, justeru anak-anak kita yang jadi orientalis militan, logika-logika aneh yang diungkapkan dan dikembangkan untuk mengacaukan pikiran dan perasaan kita tentang iman. Fondasi iman kita ada dalam al-Qur’an diserang untuk diragukan kebenarannya. Mushhaf yang diperbaiki untuk menyeragamkan di dalam membangun iman umat oleh khalifah Utsman bin Affan, diungkit-ungkit, yang tujuannya untuk meragukan kebenaran al Qur’an ini. Apabila umat terhadap al-Qur’an diragukan, seluruh bangunan Islam pasti diragukan. Mudah-mudahan Allah memberikan ingat kepada mereka dan kembali kepada jalan yang benar untuk menjadi putra-putri muslim.

Moral dalam bahasa kita adalah akhlak. Akhlak adalah ekspresi batin, yang muncul dalam wujud prilaku lahir dan bathin tanpa rekayasa, murni, natural, alami. Orang Barat menyebutnya moral, definisinya macm-macam, salah satunya “ Moral is the capacity to stay the apposite of apathy”. Moral adalah kemampuan orang untuk bertahan pada pekerjaan tertentu, khususnya pekerjaan yang membutuhkan energi, perhatian dan perjuangan yang dahsyat. Kalau bertahan moralnya bagus, lawan dari apatis’ masa bodoh.

Definisi ini bagus untuk mengontrol pengertian definisi dari akhlak, pengertian kata akhlak itu netral, bisa berakhlak baik (mahmudah). Seringkali akhlak itu buat kita sudah dijinakkan dengan persoalan yang domestik, yakni santun, hormat pada orang tua, bicara pelan, tidak suka bertanya-tanya, ini semua dikatakan berakhalk baik. Ini merupakan pengertian akhlak yang dijinakkan pada persoalan-persoalan domestik, persoalan-persoalan kecil, padahal pengertian sebenarnya bukan begitu. Mampu membangun lembaga pendidikan yang bagus, yang menguasai berbagai disiplin ilmu pengetahuan, mencetak generasi yang bermoral yang baik dll. itulah arti akhlak sebenarnya.

Kalau iman sebagai kekuatan moral, lalu moral apa yang harus dibangun berdasarkan kekuatan iman : Pertama, moral internal kita dalam beragama. Kegiatan ibadah kita, shalat, berinfaq, bershadaqah, membaca tafsir dll, ini semua digerakkan oleh internal kita. Kedua, Pendidikan / ilmu pengetahuan. Masa depan Islam investasinya lewat pendidikan. Terbukti umat Islam tahun 600 -1600 M, mengusasai dunia di bawah kekuasaan bangsa Turki. Namun runtuh, penyebabnya adalah interpretasi moral yang sempit.

Penting sekali lembaga pendidikan dikembangkan, al-Qur’an dipelihara, namun ilmu yang lain seperti fisika, biologi, dll tetap dikembangkan. Pendidikan sangat penting karena kita akan menjadi bulan-bulanan umat lain, yang disebabkan oleh penguasaan IPTEK yang lemah. Bangsa Yahudi dengan sumber daya manusianya yang handal dapat menguasai dunia. Karena itu mutlak, sekolah yang intergral seperti ini harus ada, sebab banyak anak-anak kita generasi muslim, yang disekolahkan di sekolah yang akidahnya lain, karena memang mereka lebih bagus. Sekarang sekolah-sekolah Islam sudah bagus, dan umat Islam sudah mulai sadar untuk menyekolahkan putra-putrinya di situ walaupun biayanya mahal. Ketiga, Ekonomi. Moral yang harus dikembangkan dari iman adalah ekonomi. Ekonomi kita lemah, hampir seluruh kekayaan umat tersedot ke Barat. Timur Tengah menguasai sumber minyak dunia sampai 60 %, namun tangkinya di Amerika. Kita yang punya sumber minyak, tembaga, emas dll. ditambang orang lain, kita hanya mendapat 15 %. Karena itu ngeri kalau umat selalu bertengkar sesama muslim, tidak berfikir masalah pendidikan. Seharusnya berfikir bagaimana seharusnya memperbanyak orang-orang yang mampu di bidang perminyakan dll, sehingga kita mampu mengolah sendiri sumber daya alam kita sendiri. Dengan demikian kita mampu menjadikan negeri ini lebih makmur. Ini yang dinamakan moral di bidang ekonomi. Korupsi juga bagian dari moral. Insya Allah kalau moralnya baik tidak akan terjebak seperti itu.

Di bidang politik dan keadilan, kita masih terinjak-injak. Saudara-saudara kita, kaum muslimin banyak disakiti. Di Palestina, Iraq, Afghanistan, Thailand dan Filipina Selatan. Perjuangan meminta hak dan keadilan dikatakan teroris, tidak dipertanyakan mengapa dia melakukan seperti itu. Hak dan keadilan adalah pemahaman moral yang harus ditegakkan. Demikian juga di PBB, yang mengkampanyekan demokrasi, adanya hak veto, merupakan bentuk tidak demokrasi. Ini menjadikan adanya persoalan politik hypokrit di dunia.

Dan pemahaman moral kita pasti bergerak ke sana, supaya istilah moral atau akhlak tidak dijinakkan kepada persoalan-persoalan yang rumit. Kita hanya berharap keadilan. Suatu saat di zaman modern ini, hidup dengan pluralisme idiologi ini, kita mampu berjalan bersama, kita berharap kebahagiaan dunia dan akhirat.

Mudah-mudahan selaku pribadi, pimpinan keluarga, anggota masyarakat, warga negara dan umat, kita senantiasa mendapat petunjuk dari Allah memperoleh kekuatan lahir bathin, untuk mengamalkan bahwa iman adalah penegak dari kekuatan moralitas kehidupan kita.

0 ulasan:

Catat Ulasan