Home » , » Do’a, Perisai Mukmin

Do’a, Perisai Mukmin



Prof. DR. H. M. Saidun Fiddaroini, MA

 
Berdoa adalah melaksanakan perintah Allah SWT, ia beribadah. Ditegaskan oleh Nabi : Doa itu adalah ibadah. Orang yang enggan berdoa berarti enggan beribadah dan Allah marah kepada orang yang demikian. (HR Tirmidzi).

Dalam hal permohonan kepada Allah SWT agar dilindungi dari segala hal yang tidak kita inginkan, maka doa berfungsi sebagai perisai yang membentengi. Tidak ada yang bisa membentengi kita dari hal-hal yang tidak kita inginkan kecuali atas ijin Allah SWT. (An Naml: 62).

Doa-doa untuk membentengi diri dari hal-hal yang tidak kita inginkan, diajarkan oleh oleh Rasulullah SAW, misalnya : “Ya Alloh aku mohon perlindunganMu dari kemurungan dan kesusahan, dari kelemahan dan kemalasan, dari ketakutan dan kekikiran dan dari lilitan hutang dan tindasan orang”. Doa dari gangguan setan Alloh SWT ( Q.S. 23 : 97-98)

Ada orang yang enggan berdoa, hal ini karena beberapa sebab : Pertama, karena tidak mengerti. Maka yang demikian ini mudah diingatkan, bahwa doa itu ibadah, Makin sering berdoa makin kuat imannya, demikian juga sebaliknya.

Kedua, karena merasa tidak dikabulkan, sehingga menjadi tidak lagi percaya dengan kekuatan doa. Untuk kelompok ini perlu disadarkan. Rasulullah SAW mengingatkan bahwa semua doa itu pasti diterima/dikabulkan, selama orang itu tidak berdoa untuk menimbulkan dosa, tidak berdoa untuk memutuskan kekeluargaan dan tidak terburu-buru ingin segera dikabulkan serta tidak bosan atau putus asa sampai-sampai telanjur mengatakan : “aku sudah lama berdoa, tetapi tidak dikabulkan”. Padahal doa itu ada yang langsung dikabulkan di dunia ini, ada yang disimpan untuk akhirat, ada yang dipakai untuk menghapus dosanya, mungkin karena banyaknya dosa”.

Ketiga, karena sudah merasa aman dan cukup dengan apa adanya, atau sudah ada persediaan untuk kebutuhan dirinya sampai anak cucunya. Ia merasa sudah tidak perlu lagi memohon kepada Allah. Untuk kelompok ini perlu diinsafkan bahwa persediaan berupa apa saja yang menjadi harapannya itu perlu dijaga/dilindungi karena habis seketika, mungkin karena kebakaran atau terkena angin topan, gempa, tanah longsor, atau mungkin tertimpa meteor dari angkasa dll. Terhadap banyaknya kemungkinan bencana itu, Rasulullah SAW sudah mengajarkan umatnya doa-doa sebagai perisai.

Rasulullah SAW mengingatkan bahwa di sisi Allah tidak ada yang lebih mulia daripada doa ketika dalam keadaan lapang. Peringatan Rasulullah SAW ini merupakan anugerah Allah yang besar. Kita menjadi waspada pada saat-saat aman, damai, dan sejahtera, dengan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dengan berdoa. InsyaaAllah kita sudah ingat tanpa harus diperingatkan lebih dahulu dengan bencana. Kehidupan kita menjadi hidup bekah, aman sejahtera penuh kenikmatan, ampunan Allah, ridlo dan diridloi oleh Allah SWT.

Pembicaraan yang sangat menarik tentang doa adalah bagaimana doa itu diterima, bagaimana doa itu bisa berfungsi dengan maksimal, sehingga bukan hanya sebagai perisai, tetapi sebagai senjata yang aktif, mengubah yang tidak baik menjadi baik. Bahkan mengubah kekufuran menjadi keimanan. Nabi berdoa agar orang yang memusuhi Nabi (Umar sebelum masuk Islam, salah satu sahabatnya yang masih kafir) berubah menjadi muslim dan menjadi penyebab mulianya Islam, doa ini menjadi sebagai senjata yang aktif dan positif.

Ketika berdoa, seseorang mesti yakin sepenuhnya bahwa Allah SWT yang dimohon itu Maha mampu memenuhi apa isi doanya itu, meskipun orang itu tidak berusaha sama sekali. Kalaupun ada usaha yang mengarah pada pencapaian keinginan doanya itu, maka mesti diyakini bahwa sebetulnya hanya Allah SWT yang menyebabkan usahanya itu. Itulah doa dengan tawakkal, menyerah total kepada Allah SWT. Allah tidak membutuhkan bantuan usaha manusia, justeru Allah memenuhi kebutuhan hambaNya.

Kesalahan besar yang samar dan menyebabkan doa tidak dikabulkan adalah karena tidak menghargai doa itu sendiri. Sering terjadi pada waktu ada saudara sesama muslim terkena bencana, sementara saudara muslim lainnya tidak membantu, mungkin karena tidak punya apa-apa, atau karena memang kikir, maka dikatakan : Kita harus membantu saudara-saudara kita yang terkena musibah….ya minimal doa”. Ini meremehkan kekuatan doa, karena doa dikatakan minimal. Doa dianggap lebih rendah daripada bantuan yang berupa uang (fisik-material). Dan tidak sadar berhubungan dengan siapa ketika berdoa. Doa yang dipanjatkan menjadi tidak ada apa-apanya, meskipun sambil menangis meraung-raung kalau tidak ada keyakinan akan kekuasaan Allah SWT.

Berdoa itu memohon, dan memohon itu bukan memerintah meskipun struktur kalimatnya menggunakan kalimat perintah (fi’il amr), maka tetap harus dibungkus dengan hati yang memohon dengan penuh harap dan yakin bahwa yang dimohon itu pasti sangat bisa memenuhinya. Keyakinan ini menjadi syarat mutlak setian kali berdoa. Rasulullah SAW mengajarkan betapa hebatnya doa itu, bahwa tidak bisa menolak ketentuan (qadlo’) Allah atau mengubah nasib, kecuali doa.

Semoga kita senantiasa ditolong oleh Allah SWT menjadi hamba yang selalu memanfaatkan kesempatan untuk berdoa.

0 ulasan:

Catat Ulasan